KEJUJURAN

Oleh: Hermawan K Dipojono

(Masjid Salman ITB)

Sebelum Baginda Muhammad SAW diangkat menjadi nabi dan rasul, beliau telah dibentuk oleh Allah SWT sebagai pribadi yang dapat dipercaya, yang dibangun di atas nilai dan karakter kejujuran. Nilai ini tampaknya menjadi syarat perlu, a necessary condition, bagi seseorang yang akan mengemban tugas besar.yaitu tugas sebagai nabi dan kerasulan, dan tentunya juga terhadap kita semua yang merasa menjadi bagian dari pengikut Beliau.

Jujur merupakan salah satu perwujudan iman. Ia merupakan wujud keyakinan bahwa Allah Maha Melihat. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-Nya baik besar maupun kecil, baik nyata maupun tersembunyi, baik di waktu malam maupun di waktu siang hari. Namun, ia juga perwujudan dari keyakinan bahwa Allah Maha Adil.

Kejujuran sering kali dianggap berdampak sesuatu yang merugikan dalam jangka pendek. Namun Allah tidak melupakan hamba-hambaNya yang menjalani hidup ini dengan nilai-nilai kejujuran. Jujur kepada Allah, Rasul-Nya, jujur terhadap orang lain, dan jujur terhadap dirinya sendiri. Jujur berarti tidak mengambil apa yang menjadi milik orang lain. Alangkah nikmatnya hidup di lingkungan yang didalamnya ada nilai-nilai kejujuran. Kejujuran melahirkan masyarakat yang tentram karena tidak ada yang khawatir untuk dirugikan oleh orang lain, dan sedikitpun juga tidak ada niat untuk merugikan orang lain

Kejujuran juga mejadi ciri kecanggihan dan kemajuan suatu bangsa. Semakin maju suatu bangsa, maka tatanan yang ada didalamnya sudah terbangun nilai-nilai kejujuran. Pada dasarnya, hamper tidak mungkin science dan teknologi dibangun tanpa nilai-nilai kejujuran. Tidak terkecuali pada bangsa yang tidak mengakui adanya tuhan, bias jadi mereka sadar akan dampak nilai kejujuran yang dapat membawa kemajuan dan manfaat yang luar biasa dalam jangka waktu yang panjang. Maka kemudian, kejujuran itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari harga diri pribadi setiap anggota masyarakat. Hal ini di satu sisi menjadi ironi bagi masyarakat suatu bangsa yang beriman terhadap Allah, namun gagal mewujudkan nilai-nilai kejujuran.

Namun, Selama hari ini masih ada dan tersisia, maka kesempatan membangun kejujuran dalam kehidupan senantiasa terbuka lebar. Sebenarnya masyarakat yang dibangun berlandasakan nilai-nilai kejujuran bukanlah sebuah hal yang utopis, mengada-ada. Melainkan hal tersebut merupakan suatu keniscayaan yang benar-benar dapat diwujudkan.

Semoga kita dapat mewariskan nilai-nilai kejujuran kepada generasi penerus kita, kepada anak cucu kita. Dan yakin lah Allah akan selalu mengawasi kita, Ia tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang menjalani hidup dengan prinsip kejujuran.

Mari kita bangun Indonesia hari ini dan esok dengan nilai-nilai kejujuran. Semoga dengannya Allah melimpahkan berkah dan kasih sayangnya kepada kita semua.

*) Diolah dari berbagai sumber; **)  Guru Besar Institut Teknologi Bandung

Leave a comment